PERSPEKTIF.CO.ID - Video promosi film milik Syakir Daulay yang menggambarkan adegan seakan sedang membacakan teks Proklamasi telah menimbulkan kontroversi di kalangan publik.
Video tersebut dianggap melecehkan momen bersejarah pembacaan Proklamasi yang dilakukan oleh Soekarno.
Relawan Indonesia Bersatu mengidentifikasi tiga faktor utama yang mereka anggap sebagai bentuk melecehkan terhadap momen Proklamasi.
Pertama, video tersebut menampilkan Syakir Daulay meniru Bapak Proklamator dalam isi kontennya. Kedua, teks Proklamasi di-parodikan dalam video tersebut, dianggap sebagai simbol yang sakral karena mewakili kesadaran kita akan merdeka.
BACA JUGA:6 Bulan Tak Ngantor, Anggota DPRD Ternyata Jalan Jalan ke Luar Negeri
Ketiga, pembacaan dalam video tersebut, termasuk penggunaan karakter jomblowan dan jomblowati, dianggap sebagai penghinaan terhadap latar belakang para pahlawan yang berjuang.
Ferry Razali, seorang anggota Relawan Indonesia Bersatu, mengungkapkan pandangan mereka terkait video tersebut.
Menurutnya, video tersebut bukan sekadar parodi, tetapi dianggap sebagai bentuk penghinaan dan pelecehan terhadap para proklamator, teks Proklamasi, dan pahlawan-pahlawan bangsa.
Lisman Hasibuan, seorang pelapor, menyebutkan bahwa bukti-bukti yang mendukung laporan mereka terhadap Syakir Daulay dapat ditemukan pada unggahan Instagram pribadi miliknya, yang masih belum dihapus hingga saat ini.
BACA JUGA:Jaringan Muslim Madani (JMM) Desak Polri Bertindak Tegas Terhadap Promosi Judi Online
Selain itu, komentar-komentar netizen juga menunjukkan kecaman terhadap video tersebut tanpa ada dukungan.
Relawan Indonesia Bersatu menyatakan bahwa untuk memberikan efek jera, mereka menginginkan tindakan lebih dari Syakir Daulay daripada sekadar permintaan maaf.
Mereka meminta agar Syakir Daulay tidak hanya meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia, tetapi juga melakukan tindakan simbolis dengan mencium bendera Indonesia.
Lisman Hasibuan menyatakan harapannya bahwa tindakan ini dapat memberikan pembelajaran kepada Syakir Daulay dan para pembuat konten lainnya agar lebih kritis dalam menciptakan konten yang bermanfaat dan tidak merugikan, serta menghargai nilai-nilai nasional.