PERSPEKTIF.CO.ID - Penelitian terkini di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa kita rata-rata berbohong sekitar 11 kali dalam seminggu. Bahkan, penelitian lain menyoroti fakta mencengangkan bahwa sekitar 60% orang cenderung berbohong dalam percakapan selama hanya 10 menit.
Ternyata, media pesan teks memiliki peran yang menarik dalam dinamika kebohongan. Berbohong melalui pesan teks tampaknya lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan tatap muka. Namun, kontrasnya, pesan teks juga dianggap sebagai bentuk komunikasi yang lebih jujur, di mana orang cenderung lebih sedikit berbohong.
Inilah beberapa tanda yang dapat membantu Anda mengenali kebohongan melalui pesan teks, seperti dilansir oleh Brightside:
Mengubah Topik Pembicaraan
Seorang pembohong akan cenderung mengalihkan pembicaraan ke topik yang sama sekali berbeda untuk menghindari kebenaran yang tak nyaman. Gangguan eksternal ini bisa mengarahkan fokus dari kebohongan yang mereka ceritakan.
Memberi Pujian setelah Jawaban Singkat
Pujian adalah metode manipulasi yang sering digunakan oleh pembohong untuk mengalihkan pembicaraan dan mengarahkannya ke arah baru. Ini membantu mereka mengendalikan alur percakapan.
Memberikan Informasi Tidak Jelas
Pembohong akan berusaha menyembunyikan kebohongan dengan memberikan informasi yang tidak jelas atau kabur. Mereka akan menghindari memberikan rincian spesifik yang dapat dengan mudah dibuktikan sebagai kebohongan.
Mengaku Selalu Jujur
Dalam upaya meyakinkan, pembohong akan terlalu menekankan kejujurannya. Frase seperti "jujur", "percayalah padaku", dan "katakan yang sebenarnya" sering digunakan untuk menutupi kebohongan.
Menciptakan Cerita yang Kompleks
Pembohong yang terampil dapat menciptakan cerita yang rumit, penuh warna, dan mendetail untuk meyakinkan orang. Mereka sering menggunakan detail yang kaya untuk membuat cerita terdengar lebih meyakinkan.
Melompat dari Cerita Masa Lalu dan Masa Kini
Pembohong cenderung bingung dalam cerita mereka dan bisa saja mengacaukan urutan waktu. Mereka mencampuradukkan kisah masa lalu dan sekarang karena otak mereka sibuk memikirkan cerita palsu.