Rupiah Ngegas, Dominasi Sebagai Mata Uang Terkuat di Asia!

Selasa 18-06-2024,19:14 WIB
Reporter : Arni
Editor : Deden Muhammad R

PERSPEKTIF.CO.ID - Rupiah menguat signifikan di antara mata uang Asia, menunjukkan tanda-tanda kekuatan di pasar non-deliverable forward (NDF). Berdasarkan data Refinitiv, NDF rupiah menguat 0,53% menjadi Rp16.393 per dolar AS pada perdagangan per 17 Juli.

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang untuk jangka waktu tertentu dengan kurs tertentu, sebelumnya hanya tersedia di pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York dan London. 

Pasar NDF sering mempengaruhi harga di pasar spot, sehingga kurs di NDF kerap diikuti oleh pasar spot.

Pekan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan volatilitas signifikan, sempat menembus Rp16.400 per dolar AS. Pada penutupan perdagangan pekan lalu, dolar AS mengalami penguatan tajam mencapai Rp16.400 sebelum akhirnya melemah 0,80% ke Rp16.395.

Menurut Kepala Ekonom BCA, David Sumual, pelemahan rupiah dipicu oleh faktor eksternal seperti kencangnya indeks dolar. 

"Memang terlihat mulai ada tekanan sejak minggu lalu saat data non-farm payrolls keluar. Ternyata (data) lebih tinggi sehingga ada kenaikan indeks dolar," tutur David, dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, dikutip pada Selasa (18/6).

David menyebut tekanan mulai muncul sejak data non-farm payrolls AS keluar, menunjukkan angka lebih tinggi dan mendorong kenaikan indeks dolar.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi, menambahkan bahwa rencana kebijakan ekspansif Presiden Terpilih Prabowo Subianto turut melemahkan rupiah.

"Fiskal kita cenderung excessive. Rencana fiskal Pak Prabowo sangat ekspansif," ujarnya

Kebijakan fiskal yang berlebihan tercermin dari rencana melebarnya defisit anggaran dan rasio utang. Dalam rancangan awal APBN 2025, defisit dipatok antara 2,45-2,82% dari PDB, dan rasio utang dirancang pada kisaran 37,98-38,71%.

Kategori :

Terpopuler