PERSPEKTIF.CO.ID - Pemerintah mengakui tantangan yang dihadapi generasi milenial dan Gen Z untuk memiliki rumah sendiri di masa depan.
Hal ini dikarenakan gaji yang hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari, tanggungan keuangan orang tua dan gaya hidup, generasi muda kini semakin sulit menabung, apalagi membeli rumah.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) merespons situasi ini dengan menerbitkan regulasi baru mengenai iuran untuk program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) bagi seluruh pekerja, baik BUMN maupun swasta.
Selain itu, laporan terbaru menunjukkan bahwa generasi Z menghadapi kesulitan yang lebih besar dalam memiliki rumah dibandingkan generasi milenial, menurut para pakar.
Ali Tranghanda, CEO Indonesia Property Watch, menegaskan bahwa bantuan pembiayaan memang dibutuhkan karena harga rumah cenderung naik lebih cepat dibandingkan pendapatan.
Menurutnya, ini berlaku untuk semua generasi, bukan hanya Gen Z.
"Bunga biasa cukup berat. Tapera dengan bunga lebih rendah bisa membuat cicilan lebih terjangkau," ungkap Ali Tranghanda, dikutip pada Minggu (16/6).
Namun, Ali juga mengingatkan bahwa Tapera dirancang untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), sedangkan tidak semua Gen Z masuk kategori ini.
"Banyak Gen Z tidak ingin membeli rumah yang dipatok pemerintah," tambahnya.
Senada, Direktur Global Asset Management Steve Sudijanto mengatakan bahwa Gen Z memerlukan bantuan pemerintah untuk rumah pertama, namun tidak harus melalui Tapera.
"Banyak cara mendukung kebutuhan mereka, termasuk KPR dengan harga di bawah Rp 750 juta," katanya.
Sandiaga Uno dalam video di Instagramnya menekankan pentingnya kolaborasi untuk iuran Tapera, yang tidak boleh hanya dibebankan kepada pekerja atau pemerintah saja.
"Jika tidak dilakukan sekarang, Gen Z tidak akan pernah bisa punya rumah," tandasnya.
Meskipun demikian, kunci utama agar Gen Z bisa memiliki rumah ialah menabung dan bekerja keras untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar.