Jepang Resmi Alami Resesi: Bagaimana Pengaruhnya Terhadap Ekonomi Indonesia?

Jepang Resmi Alami Resesi: Bagaimana Pengaruhnya Terhadap Ekonomi Indonesia?

--

PERSPEKTIF.CO.ID - Jepang secara resmi terjerumus ke dalam jurang resesi. Pada kuartal IV-2023, ekonomi Negeri Matahari Terbit mengalami kontraksi sebesar 0,4% secara tahunan. PDB Jepang sudah mengalami penurunan 3,3% pada kuartal sebelumnya, menandai kontraksi PDB selama dua kuartal berturut-turut yang dapat diartikan sebagai resesi. Selain harus menghadapi resesi, Jepang juga kehilangan status sebagai perekonomian terbesar ketiga dunia, digeser oleh Jerman.

"Konsumsi dan belanja modal masih lemah, dan keduanya adalah pilar. Ekonomi masih kesulitan mendapat momentum untuk tumbuh," tegas Yoshiki Shinke, Ekonom Senior Dai-ichi Life Research Institute, seperti dilaporkan oleh Bloomberg News. Kabar resesi Jepang telah mencapai Indonesia, dan pemerintah memberikan respons.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa pemerintah terus memantau perkembangan perekonomian dunia, yang masih penuh ketidakpastian. Resesi di Jepang dianggap sebagai faktor risiko yang mendapat perhatian serius dari pemerintah. "Antisipasinya adalah menjaga komoditas ekspor kita, mempertahankan pangsa pasar luar, dan membuka pasar baru melalui keanggotaan kita di berbagai lembaga multilateral, termasuk Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD)," papar Airlangga.

Namun, seberapa besar dampak resesi Jepang terhadap Indonesia? Dua aspek utama yang dapat dilihat adalah perdagangan dan investasi.

Dalam hal perdagangan, Jepang adalah mitra dagang utama Indonesia. Pada tahun 2023, total ekspor Indonesia ke Jepang mencapai nilai US$ 20,79 miliar, menjadikannya negara tujuan ekspor ketiga terbesar setelah China dan Amerika Serikat. Dengan resesi di Jepang, permintaan domestik yang melemah dapat mengurangi kebutuhan impor, termasuk dari Indonesia.

Sementara itu, dari sisi investasi, Jepang merupakan investor PMA terbesar keempat di Indonesia, dengan nilai investasi sebesar US$ 8,2 miliar sepanjang tahun 2023. Namun, dengan belanja modal di Jepang yang masih lemah, kemungkinan besar investasi Jepang di Indonesia akan terpengaruh.

Keduanya, ekspor dan investasi, memiliki kontribusi besar terhadap PDB Indonesia. Jika resesi Jepang berdampak pada kinerja ekspor dan investasi, ini dapat berakibat pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sulit untuk meningkat.

"Kita memang tidak bisa lepas dari apa yang terjadi di global. Menjadi sangat penting bagaimana ekonomi global karena semua sudah saling terkait. Pertumbuhan ekonomi 2024 akan trending down untuk global," kata Destry Damayanti, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), dalam acara Bloomberg Technoz Economic Outlook 2024.

Sumber: segala sumber