PERSPEKTIF.CO.ID - Menurut Departemen Keuangan AS, China mencetak rekor tertinggi dalam penjualan obligasi Amerika Serikat (AS) selama kuartal pertama tahun ini, menyoroti pergeseran signifikan dalam strategi investasinya.
China melepas total USD53,3 miliar dalam obligasi negara dan agensi AS selama tiga bulan pertama tahun ini, sementara juga meningkatkan pembelian emas dan komoditas lain.
Beberapa analis menyarankan bahwa penurunan cadangan devisa China bisa menjadi bagian dari strategi diversifikasi yang lebih luas, terutama dalam mengurangi eksposur terhadap aset-aset berdenominasi dolar AS di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dengan AS.
"Karena China menjual keduanya meskipun kita semakin dekat dengan siklus pemangkasan suku bunga the Fed, seharusnya ada niat yang jelas untuk melakukan diversifikasi dari kepemilikan dolar AS," kata Stephen Chiu, kepala strategi valuta asing dan suku bunga Asia, Rabu (22/05).
Mereka menyoroti dampak ekonomi dari sanksi-sanksi Barat terhadap Rusia, dan mengindikasikan bahwa China berupaya mengurangi risiko serupa.
"Penjualan sekuritas AS oleh China dapat meningkat seiring dengan berlanjutnya perang dagang AS dengan China," ujarnya.
Barat telah membekukan sekitar USD300 miliar dana pemerintah Rusia sejak konflik Ukraina dimulai dan laporan menunjukkan bahwa China membuang USD22 miliar dalam bentuk Treasury AS selama periode pelaporan.
Dengan China sebagai pemegang asing terbesar kedua sekuritas Treasury AS setelah Jepang, penjualan ini berpotensi mengganggu pasar Treasury dan meningkatkan biaya pinjaman AS.
Hal ini juga menandakan niat China untuk melakukan diversifikasi dari kepemilikan dolar AS, terutama di tengah perang dagang yang berlanjut antara kedua negara.
Sementara itu, di tengah penjualan aset-aset dolar, China juga melaporkan lonjakan kepemilikan emas dalam cadangan resminya, dengan porsi logam mulia naik menjadi 4,9% pada April, mencapai level tertinggi sejak 2015 menurut People's Bank of China.