PERSPEKTIF.CO.ID - Norwegia, Irlandia, dan Spanyol memutuskan untuk mengakui Palestina sebagai sebuah negara pada Rabu (22/4/2024). Meskipun demikian, Amerika Serikat dan Israel menolak keputusan tersebut.
Saat ini, Palestina telah diakui oleh sembilan negara anggota Uni Eropa, dan jumlah negara yang mengakui Palestina di PBB mencapai 140 dari total 190 negara.
Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, menegaskan bahwa pengakuan tersebut tidak bermaksud melawan siapa pun, termasuk rakyat Israel, namun merupakan langkah yang mendukung perdamaian, keadilan, dan moralitas.
Menteri Luar Negeri Norwegia, Espen Barth Eide, juga mencatat bahwa meskipun negaranya telah lama mendukung pendirian negara Palestina, pengakuan tersebut dipandang sebagai dorongan untuk memperkuat proses perdamaian.
PM Norwegia, Gahr Store, menambahkan bahwa pengakuan terhadap Palestina akan memberikan sinyal kuat kepada negara-negara lain.
“Dulu kami berpikir bahwa pengakuan akan datang di akhir sebuah proses. Sekarang kami telah menyadari bahwa pengakuan merupakan dorongan, sebagai penguatan dari sebuah proses,” ungkap Gahr Store, Jumat (24/5).
Namun, Pemerintahan AS di bawah Presiden Joe Biden tetap menolak pengakuan sepihak terhadap Palestina.
“Yang bisa saya sampaikan, kami meyakini, satu-satunya cara Anda akan mencapai solusi dua negara yang bermanfaat bagi Israel dan Palestina adalah melalui negosiasi langsung antara kedua pihak,” terang Biden.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menentang keras keputusan dari Eropa ini.
“Negara Palestina akan menjadi negara teroris, kami tidak akan menyetujui hal ini,” tegas Netanyahu.
Pada 11 Mei, Majelis Umum PBB memberikan suara dengan selisih yang besar untuk memberikan Palestina hak istimewa baru sebagai tanda dukungan internasional yang meningkat untuk keanggotaan penuh dengan hak suara. Saat ini, Palestina memiliki status pengamat di PBB.
Meskipun banyak negara telah mengakui Palestina, namun belum ada negara besar di Barat yang mengakui hal tersebut, dan dampak dari pengakuan ketiga negara tersebut belum dapat dipastikan.
Pengakuan tersebut menandai pencapaian yang signifikan bagi Palestina, memberikan legitimasi internasional terhadap perjuangan mereka.
Meskipun demikian, Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron menyatakan bahwa pengakuan terhadap Palestina tidak dapat terjadi ketika Hamas menguasai Gaza tetapi dapat terjadi selama negosiasi antara Israel dan para pemimpin Palestina.