Krisis Pangan di Asia Diperburuk oleh Larangan Ekspor Beras dan Fenomena El Nino
--
PERSPEKTIF.CO.ID - Masalah pangan yang berdampak signifikan pada mayoritas masyarakat di Asia semakin memburuk setelah India menerapkan larangan ekspor pada tanggal 20 Juli sebagai bagian dari upaya untuk mengendalikan lonjakan harga pangan yang semakin tinggi. Situasi ini diperparah oleh fenomena iklim El Nino yang membuat harga pangan mencapai level tertinggi dalam 12 tahun terakhir. Kehawatiran semakin meningkat dengan perkiraan kedatangan El Nino pada Agustus hingga September mendatang, yang diyakini akan memperburuk situasi ini. Harga pangan diprediksi akan terus naik karena melemahnya produksi dan negara-negara penghasil beras fokus pada pemenuhan pasokan dalam negeri.
Indeks Harga Beras Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) untuk bulan Juli mengalami kenaikan sebesar 2,8% menjadi 129,7 poin. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 19,7% dibandingkan tahun sebelumnya, dan merupakan nilai tertinggi sejak September 2011. Kenaikan harga paling signifikan terjadi di Thailand. Kekhawatiran tentang potensi dampak El Nino terhadap produksi beras di beberapa negara pemasok turut mendukung kenaikan harga, begitu pula dengan gangguan yang disebabkan oleh hujan dan variasi kualitas dalam panen musim panas-musim gugur Vietnam yang sedang berlangsung.
Fenomena El Nino adalah peristiwa iklim yang ditandai oleh suhu dan kondisi cuaca ekstrem yang dapat mengganggu kehidupan dan mata pencaharian. Selain itu, larangan ekspor beras putih non-basmati oleh India, yang merupakan salah satu pengekspor beras terbesar di dunia, juga turut memperparah situasi. Langkah ini diambil oleh pemerintah India untuk mengendalikan kenaikan harga pangan di dalam negeri dan memastikan pasokan yang memadai dengan harga yang terjangkau.
Tindakan India tersebut memiliki dampak yang lebih luas, terutama bagi negara-negara yang sangat bergantung pada impor beras. Ini meningkatkan kerawanan pangan global dan meningkatkan masalah ketahanan pangan di berbagai negara. Harga beras mencapai level tertinggi dalam dekade, dengan harga beras berjangka mencapai US$ 16,02 per seratus pon (cwt). Banyak analis bahkan memperkirakan harga akan terus naik.
Oscar Tjakra, seorang analis senior dari bank global Rabobank yang berfokus pada pangan dan pertanian, menyatakan bahwa kemungkinan besar akan terjadi peningkatan indeks harga beras FAO untuk bulan Agustus 2023 dibandingkan dengan bulan Juli 2023. Larangan ekspor beras India datang pada saat persediaan musiman rendah di pemasok utama beras di seluruh Asia, sehingga semakin memperumit situasi krisis pangan.
Sumber: