Pengangguran Gen Z Membeludak: Komisi X DPR RI Soroti Pentingnya Sinkronisasi Jurusan SMK dengan Kebutuhan Industri

Pengangguran Gen Z Membeludak: Komisi X DPR RI Soroti Pentingnya Sinkronisasi Jurusan SMK dengan Kebutuhan Industri

Foto anak SMK sedang melakukan praktek langsung.--

PERSPEKTIF.CO.ID - Mustafa Kamal, anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PKS, menyoroti dinamika pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) saat ini. Kamal meminta pemerintah memastikan program studi atau jurusan di SMK disesuaikan dengan kebutuhan industri daerah setempat.

"Kami berharap kejuruan di seluruh SMK harus menyesuaikan dengan kebutuhan industri daerah setempat," kata Mustafa Kamal pada Kamis (27/6). 

Menurutnya, penyesuaian ini penting untuk memastikan lulusan SMK dapat terserap secara maksimal di dunia kerja, yang pada akhirnya dapat mengurangi angka pengangguran di Indonesia.

Mustafa Kamal juga menegaskan bahwa orientasi sekolah umum dan sekolah kejuruan sangat berbeda dan sangat bergantung pada kemampuan beradaptasi dengan teknologi yang berkembang. 

"SMK berbeda dengan sekolah umum. Lulusan SMK sangat bergantung pada kemampuan beradaptasi dengan teknologi. Oleh karena itu, link and match dengan dunia industri sangat penting untuk menghindari mismatch," ujar Mustafa.

Hal tersebut juga agar lulusan SMK dapat bersaing di dunia kerja, apalagi banyak masyarakat Indonesia yang hanya mampu menyekolahkan anaknya sampai SMK.

Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengungkapkan bahwa tingginya angka pengangguran di Indonesia, terutama dari generasi Z, disebabkan oleh ketidaksesuaian pendidikan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. 

"Didapati adanya mismatch, sehingga output dari pendidikan vokasi belum sesuai dengan kebutuhan pasar kerja," kata Ida.

Ida juga menyoroti bahwa lulusan SMK menyumbang sekitar 8,9 persen dari angka pengangguran. 

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi yang mengatur bahwa pendidikan dan pelatihan harus mampu menjawab kebutuhan dunia usaha dan industri, serta mendorong sinergi antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kementerian Ketenagakerjaan dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN Indonesia) untuk menciptakan tenaga kerja kompeten sesuai kebutuhan pasar kerja yang dinamis.

Kemudian tingginya angka pengangguran dikarenakan budaya di Indonesia yang sangat mementingkan tingkat pendidikan sebagai syarat bekerja.

Dengan demikian sudah seharusnya Kemendikbudriestek dan Kementrian Ketanakerjaan saling berdialog mengenai hal ini, agar lulusan SMK dapat lebih memiliki kualitas daya saing yang bagus didunia kerja dan tentunya dunia kerja juga memberikan peluang kepada lulusan SMK. 

Sumber: