Putin Kunjungi Korea Utara Setelah 24 Tahun: Langkah Besar di Tengah Krisis Global?

Putin Kunjungi Korea Utara Setelah 24 Tahun: Langkah Besar di Tengah Krisis Global?

Presiden Rusia saat kunjungan ke Korea Utara menemui Kim Jong-un--

PERSPEKTIF.CO.ID - Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan melakukan kunjungan langka ke Korea Utara, yang pertama dalam 24 tahun. Meskipun waktu pastinya masih dirahasiakan, kunjungan ini dijadwalkan dimulai pada Selasa malam. 

Pesawat yang akan digunakan Putin masih menjadi teka-teki, membuat para pengamat memantau situs pelacak penerbangan.

Dilansir BBC, Putin diperkirakan akan singgah di Yakutsk, Siberia Timur, sebelum menuju Pyongyang. Dia akan menghabiskan beberapa jam di sana untuk bertemu kepala daerah Yakutia dan menghadiri berbagai pameran.

Kunjungan ini mencakup upacara penyambutan resmi di Pyongyang, diikuti dengan pembicaraan penting antara delegasi kedua negara. Putin juga dijadwalkan mengunjungi Gereja Tritunggal Pemberi Kehidupan, satu-satunya gereja Ortodoks di Korea Utara, sebelum melanjutkan perjalanannya ke Vietnam.

Putin menyatakan pujiannya terhadap Korea Utara yang mendukung perang Rusia di Ukraina. Dalam surat yang diterbitkan di media pemerintah Korea Utara, Putin berjanji membangun sistem perdagangan dan keamanan yang tidak dikendalikan Barat dan mendukung Pyongyang dalam menghadapi tekanan militer AS.

Kremlin menggambarkan kunjungan ini sebagai kunjungan kenegaraan persahabatan, dengan kemungkinan penandatanganan perjanjian kemitraan, termasuk masalah keamanan. 

Gedung Putih menyatakan keprihatinannya terhadap semakin dekatnya hubungan antara Rusia dan Korea Utara. 

"Kami tidak khawatir dengan perjalanan yang dilakukan Putin, yang kami khawatirkan adalah semakin dalamnya hubungan antara kedua negara," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan, dikutip pada Selasa (18/6).

Sementara itu, John Nilsson-Wright, kepala program Jepang dan Korea di Pusat Geopolitik Universitas Cambridge melihat langkah Putin ini sebagai upaya memperkuat hubungan dengan sekutu lamanya di tengah tantangan global.

"Dia memperkuat hubungan antara rezim otoriter pada saat pemerintahan demokratis berada dalam posisi defensif, menghadapi tantangan keamanan global di Timur Tengah, Asia Timur dan Ukraina," ujarnya.

Washington dan Seoul menuduh Pyongyang memasok artileri dan peralatan lainnya ke Moskow, kemungkinan besar dengan imbalan makanan, bantuan militer, dan teknologi. Namun, baik Korea Utara maupun Rusia menyangkal adanya kesepakatan senjata.

Setelah kunjungannya ke Korea Utara, Putin dijadwalkan melanjutkan perjalanan ke Vietnam untuk membahas isu-isu perdagangan dengan negara komunis dan sekutu lamanya tersebut.

Sumber: