DPRD Garut Tak Responsif, Mahasiswa: Ini Bukti Wakil Rakyat Abai Suara Publik

DPRD Garut Tak Responsif, Mahasiswa: Ini Bukti Wakil Rakyat Abai Suara Publik

Aliansi Mahasiswa Garut --

Perspektif -  Aliansi Mahasiswa Garut mengungkapkan kekecewaan mendalam terhadap DPRD Kabupaten Garut yang tidak memenuhi janji untuk hadir dalam agenda Mimbar Bebas. Ketidakhadiran ini dipandang sebagai pengingkaran terhadap komitmen yang telah disepakati dan memperlihatkan lemahnya keberpihakan lembaga legislatif terhadap suara rakyat, khususnya dari kalangan pemuda.

 

Koalisi mahasiswa ini terdiri dari perwakilan sejumlah kampus di Garut, termasuk Universitas Garut (Uniga), Institut Teknologi Garut (ITG), STHG, STAIM, STAIS, STIEBS NU, hingga STAI K.H. Badruzaman. Mereka telah melayangkan surat pengingat tertanggal 15 Mei 2025 sebagai bentuk tindak lanjut dari aksi dan audiensi yang telah dilakukan sebelumnya. Mimbar Bebas dijadwalkan sebagai ruang terbuka untuk menyampaikan kritik terhadap kinerja 100 hari pertama pemerintahan Kabupaten Garut.

 

Dalam surat tanggapan yang diterima aliansi, DPRD menyatakan kesiapannya untuk hadir dan berdialog langsung pada 26 Mei 2025. Namun saat hari yang dijanjikan tiba, tak satu pun anggota legislatif menunjukkan kehadirannya. Kondisi ini dianggap sebagai bentuk sikap tidak bertanggung jawab dan menunjukkan rendahnya sensitivitas terhadap permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat Garut.

 

“Kami datang membawa semangat dan integritas, namun yang kami hadapi hanya ruang kosong yang mencerminkan ketidaksungguhan DPRD Kabupaten Garut. Di mana letak representasi rakyat yang sebenarnya? Apakah seperti ini wujud lembaga demokratis?” ungkap salah satu koordinator aksi.

 

Aliansi menekankan bahwa aksi ini bukanlah bentuk protes simbolis semata. Gerakan mahasiswa merupakan upaya nyata untuk menegaskan bahwa kekuasaan seharusnya berpihak pada rakyat, bukan tunduk pada kepentingan golongan tertentu. Ketidakhadiran DPRD pada forum yang telah disepakati dianggap membuktikan bahwa komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi partisipatif belum benar-benar dijalankan.

 

“Perjuangan ini tidak hanya tentang hari ini, tapi tentang tanggung jawab moral terhadap masyarakat Garut. Bila DPRD terus menunjukkan sikap abai, kami akan tetap hadir di jalanan dan ruang-ruang publik untuk menyuarakan apa yang selama ini dibungkam,” tegasnya.

 

Aliansi Mahasiswa Garut menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa perjuangan mereka tidak akan berhenti di titik ini. Justru, ketidakseriusan DPRD menjadi energi baru bagi mahasiswa untuk terus mengawal isu-isu strategis daerah, memastikan bahwa suara masyarakat tidak diabaikan oleh pihak yang semestinya menjadi wakilnya.

Sumber: