Anies Ungkap Nasdem dan Demokrat Nyaris Baku Hantam Gegara Deadlock Soal Cawapres

Anies Ungkap Nasdem dan Demokrat Nyaris Baku Hantam Gegara Deadlock Soal Cawapres

Deklarasi Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar di Surabaya.--Twitter/@aniesbaswedan

JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Bakal calon presiden Anies Baswedan mengaku ingin mengajak Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bergabung dalam koalisi partai pendukungnya sejak lama.
 
Anies mengklaim telah mengungkapkan keinginannya itu kepada Partai Demokrat dan Nasdem pada bulan Juni lalu.
 
“Juni saya pernah menyampaikan kepada Demokrat maupun Nasdem bahwa perlu mengajak PKB,” ungkap Anies di acara Mata Najwa, Senin (4/9) kemarin.
 
Anies mengungkapkan kronologi versinya sendiri tentang dinamika yang menyebabkan Partai Demokrat keluar dari koalisi dan mengapa kemudian ia berkoalisi dengan Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
 
 
Ia bercerita, pada tanggal 27, 28, dan 29 Agustus, ada percakapan intensif di koalisi antara perwakilan Nasdem, PKS, Demokrat, dan utusan Anies.
 
Pada tanggal 29, terjadi perbedaan pandangan, terutama antara Nasdem dan Demokrat.
 
Anies juga menjelaskan bahwa pada bulan Juni, ia telah menyampaikan kepada Nasdem, PKS, dan Demokrat bahwa AHY (Agus Harimurti Yudhoyono), Ketua Umum Partai Demokrat, menjadi salah satu opsi bakal calon wakil presiden yang tersedia.
 
Surya Paloh, Ketua Umum Partai Nasdem, pada awalnya tidak menolak opsi tersebut, tetapi Surya Paloh tidak ingin AHY diumumkan segera.
 
 
PKS memahami opsi tersebut, dan Demokrat juga sependapat.
 
Anies menjelaskan bahwa setelah ia pulang dari ibadah haji, Demokrat ingin opsi tersebut diumumkan segera, sedangkan Nasdem ingin menunggu.
 
Momen puncaknya terjadi pada tanggal 29 Agustus, ketika utusan Demokrat dan Nasdem saling bersikukuh, bahkan sampai ada yang menggebrak meja.
 
Menurut Anies, Surya Paloh bukan menolak AHY, tetapi hanya tidak ingin mengumumkannya segera.
  
 
"Nama itu (AHY) tidak ditolak Nasdem, tetapi tidak dideklarasikan sekarang," ungkap Anies.
 
Anies juga menyebut bahwa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta deklarasi sebelum tanggal 3 September.
 
Selanjutnya, Surya Paloh dan Muhaimin Iskandar bertemu dan mencapai kesepakatan, yang kemudian berkembang menjadi deklarasi Anies-Cak Imin di Surabaya pada tanggal 2 September.
 

Sumber: